Selasa, 27 Januari 2009

Kalla: Calon Presiden dari Partai Besar

JAKARTA — Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan pemimpin nasional harus memiliki elektabilitas tinggi, berkemampuan memimpin, dan berasal dari partai besar. Indonesia dinilai memiliki banyak pemimpin dengan tiga karakter itu. 

”Pemimpin sangat tergantung masanya. Tentu apa yang kita butuhkan di masa ini adalah pemimpin yang dapat membawa bangsa menjadi lebih baik, adil, makmur, dan tentu demokratis,” katanya di gedung Lembaga Ketahanan Nasional kemarin. 

Menurut Kalla, kombinasi bakat, pendidikan yang baik, dan pengalaman dinilai melahirkan pemimpin harapan. Pemimpin mendatang harus mampu menyelesaikan persoalan bangsa, berkapasitas dan berintegritas di bidang politik. ”Memilih pemimpin sama dengan pacaran atau mengambil istri,” katanya. 

Adapun Ketua Alumni Lembaga Ketahanan Nasional Agum Gumelar mengatakan rakyat harus jeli memilih pasangan calon presiden. ”Banyak anak bangsa yang ingin menjadi calon presiden. Itu baik, sejauh dia punya keinginan mengabdi dan memperbaiki bangsa ini,” kata dia. 

Pemilih diharapkan memilih pasangan secara obyektif dan rasional. Apalagi, partai politik dalam menentukan kandidat kental dengan faktor kepentingan. 

Anggota Dewan Penasihat Lembaga Ketahanan Nasional, Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, mengatakan presiden mendatang harus siap menghadapi dinamika kenegaraan. Ketahanan nasional terbentuk berdasarkan kepemimpinan yang mampu memimpin dalam segala situasi. ”Pemimpin yang siap menghadapi surprise di tengah jalan, dan berpikir out of the box.” KURNIASIH BUDI

Sosialisasi KPU "Berbahaya"

Dipertanyakan, Kecenderungan KPU Buat Aturan Tak Berdasar
Selasa, 27 Januari 2009 | 00:41 WIB 

Jakarta, Kompas - Langkah Komisi Pemilihan Umum bisa ”berbahaya kalau peraturan yang disosialisasikan justru berbeda dengan maksud Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Jika peraturan teknis yang dibuat KPU keliru dengan perumusan saat pembahasan Rancangan UU Pemilu, KPU bisa saja dianggap telah melanggar etika penyelenggara pemilu.

Saat silaturahim dengan perwakilan partai politik peserta Pemilu 2009 di Jakarta, Sabtu lalu, Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary, antara lain, memaparkan tata cara penetapan perolehan kursi dan calon terpilih anggota DPR. Namun, sejumlah klausul yang dipaparkan teridentifikasi berbeda dengan ketentuan dalam UU No 10/2008.

Misalnya saja, Hafiz menguraikan tata cara pembagian kursi DPR dengan tanpa menyertakan ketentuan ambang batas perolehan suara untuk penghitungan kursi di DPR (parliamentary threshold) yang sampai saat ini secara legal masih berlaku. Juga klausul yang disebutkan Hafiz, bahwa ”Apabila parpol memperoleh sejumlah kursi sedangkan nama-nama calon anggota DPR tidak ada yang memperoleh suara sah, maka nama calon terpilih anggota DPR diambil dari nama calon pada DCT anggota DPR daerah pemilihan terdekat yang berbatasan secara geografis.”

Sampaikan yang benar

Mantan anggota Panitia Khusus RUU Pemilu, Agus Purnomo (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, DI Yogyakarta), Senin (26/1) di Jakarta, menyebutkan, sosialisasi ala KPU berbahaya karena aturan yang dipaparkan berbeda dengan UU No 10/2008. Sebab, merupakan sosialisasi resmi, sewajibnya KPU menyampaikan ketentuan yang benar untuk menghindari penyebaran kesalahan ke semua tingkatan.

”Berbahaya, yang seperti ini bukan yang pertama dilakukan KPU. Bisa pelanggaran etika penyelenggara,” sebut Agus.

Secara terpisah, mantan Ketua Pansus Ferry Mursyidan Baldan (Fraksi Partai Golkar, Jawa Barat II) pun menilai KPU telah salah membuat aturan soal calon terpilih, jika pemilih hanya memberi tanda pada partai politik. Kursi yang diperoleh parpol bersangkutan tetap menjadi hak para calon parpol di daerah pemilihan itu, bukan seperti yang dipaparkan Hafiz pada Sabtu lalu.

Ferry juga mempertanyakan kecenderungan KPU membuat pengaturan yang tidak berdasar dan berpotensi menimbulkan konflik.

Menurut Agus, KPU sejak awal memang harus menyiapkan ketentuan teknis. Langkah terdekat untuk mengantisipasi kesalahan serupa, KPU mestinya bersedia berkonsultasi dengan penyusun UU untuk menghindari kesalahan penafsiran.

Saat pertemuan Sabtu lalu, Sekretaris Jenderal Partai Merdeka Muslich Zainal Asikin sudah meminta KPU menjelaskan ketentuan teknis berikut simulasinya. Tanpa itu, paparan KPU tidak akan efektif. Hanya dengan forum yang lebih fokus dan waktunya memadai, penjelasan KPU akan lebih mudah dipahami oleh para peserta pemilu, terutama dari parpol. (dik)

Simpatisan PKB di Klaten Mengaku Dukung Gerindra

Selasa, 27 Januari 2009 | 00:51 WIB 

Klaten, Kompas - Warga dan simpatisan Partai Kebangkitan Bangsa yang mendukung Ketua Umum Dewan Syuro KH Abdurrahman Wahid di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menyatakan mendukung dan memberikan suara untuk Partai Gerakan Indonesia Raya.

Sikap ini dituangkan dalam Deklarasi Mandong yang dinyatakan di kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi di Desa Mandong, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten.

”Mereka tergabung dalam Barisan Relawan Bumi Garuda Sakti. Mereka bergabung agar bisa menyampaikan aspirasinya setelah sebelumnya merasa ada kesamaan visi dan misi,” kata Suhardi, Senin (26/1) di Klaten.

Koordinator Barisan Relawan Bumi Garuda Sakti Mabrur Zamzam mengatakan, mereka yang bergabung dengan barisan itu sifatnya pribadi dan tak membawa nama PKB. Tetapi, sekitar 70 persen adalah ketua dan pengurus anak cabang (PAC) PKB di Klaten.

”Dari 26 PAC yang ada, ada 4 PAC yang belum merapat,” ungkap dia.

Pada Pemilu 2004, PKB Klaten meraih 46.000 suara dan menyumbang satu kursi untuk DPR dan satu kursi DPRD Jateng, serta empat kursi DPRD Klaten. Raihan suara PKB di Klaten itu terbesar dibandingkan wilayah lain di eks Karesidenan Surakarta.

Menurut Zamzam, sebelum ini ada tujuh partai yang mendekati pengurus PAC PKB di Klaten. Melalui proses diskusi intensif, pihaknya lalu memutuskan bergabung dengan Gerindra karena adanya kesamaan visi-misi dan tujuan untuk menyejahterakan petani dan nelayan. (eki)

Megawati: Rakyat Dijadikan Seperti Yoyo

SURAKARTA — Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri menganggap kebijakan penurunan harga bahan bakar minyak tiga kali tak menguntungkan rakyat banyak. Penurunan tersebut hanya upaya meraih simpati menjelang pemilu. 

“Faktanya, pemerintah menjadikan rakyat seperti permainan yoyo, dibikin naik-turun, dilempar ke sana-kemari, yang membuat rakyat semakin tidak menentu hidupnya,” kata Megawati dalam sambutan pembukaan Rapat Kerja Nasional IV PDI Perjuangan di Surakarta, Jawa Tengah, kemarin. 

Kebijakan pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono, kata dia, makin jauh dari cita- cita menyejahterakan rakyat. Masalah kemiskinan dan pengangguran belum selesai seperti janji kampanye Yudhoyono. Meski anggaran penanggulangan kemiskinan naik dari Rp 18 triliun pada 2004 menjadi Rp 70 triliun pada 2008, jumlah orang miskin tak berkurang signifikan. 

Data Badan Pusat Statistik, kata dia, orang miskin pada 2004 mencapai 36 juta orang dan kini 35 juta. “Ini data BPS, jadi saya tidak asal bicara.” 

Ketua Bidang Ekonomi Partai Demokrat Darwin Zahedy Saleh menganggap Megawati tak paham konteks kritiknya. “Yang yoyo itu harga minyak dunianya.” 

Ketua Partai Demokrat Anas Urbaningrum menilai Megawati panik atas kebijakan populis pemerintah. Pernyataan Megawati dinilai memperjelas beda antara pemerintah dan oposisi. “Pemerintah menjalankan ‘do something’ dan oposisi ‘do nothing’.” UKKY P | AQIDA S | PUR

Golkar Percepat Tetapkan Calon Presiden

“Kecenderungannya ke Yudhoyono-Kalla.”

JAKARTA — Partai Golkar akan mempercepat penetapan pasangan calon presidenwakil presiden untuk Pemilihan Umum 2009. “Tidak tertutup capres dan cawapres dibicarakan pada rapat pertengahan Februari,” kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono di gedung MPR/DPR kemarin. 

Partai Golkar semula akan menetapkan pasangan calon presiden-wakil presiden dalam rapat pimpinan khusus setelah pemilihan legislatif. Menurut Agung, rencana berubah karena perkembangan politik begitu cepat. Rapat, kata dia, juga akan membahas strategi pemenangan pemilu. 

Anggota Dewan Pembina Partai Golkar, Muladi, mengatakan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla masih kandidat terkuat yang diusung partainya pada 8 Juli nanti. Pengurus pusat Golkar memperkirakan calon presiden Megawati Soekarnoputri akan menjadi penantang pasangan ini. 

Dia memberi sinyal Golkar kembali mendukung pasangan Yudhoyono-Kalla dalam pemilu presiden. Namun, Golkar tetap mempertimbangkan dinamika situasi politik pascapemilu legislatif. “Kemungkinan Golkar akan mendukung SBY-JK. Kecenderungannya akan ke sana (Yudhoyono-Kalla), tapi dinamika politik sekarang cepat sekali,” kata Muladi. 

Dia memperkirakan jumlah calon mencapai tiga pasang. “Salah satu yang terkuat, SBY-JK. Ramalan saya, ya, SBY-JK akan bertempur dengan Megawati,” kata Muladi di gedung Lembaga Ketahanan Nasional. 

Partai Golkar optimistis meraih 21 persen suara dari pemilih tradisional. Modal itu akan menjadi dasar penetapan pasangan calonnya. Partai Golkar memprioritaskan ketokohan calon karena ketokohan di partai politik tak menentukan kemenangan. Sistem suara terbanyak pemilu legislatif banyak ditentukan ketokohan calon legislator. 

Koalisi partai tak bisa ditentukan sebelum pemilu legislatif. Seluruh partai, kata dia, masih menjajaki koalisi dengan partai maupun tokoh potensial calon presiden. “Masih penjajakan sambil menunggu reaksi masyarakat seperti peluru skuad. Nanti mengerucut, tapi realisasinya setelah pemilu legislatif baru terjadi satu koalisi jelas.” DWI RIYANTO AGUSTIAR | KURNIASIH BUDI

Afirmasi Bentuk Ketidakadilan

Presiden Dapat Dimakzulkan jika Buat Perpu
Selasa, 27 Januari 2009 | 00:25 WIB 

Jakarta, Kompas - Sikap Komisi Pemilihan Umum untuk memberikan keistimewaan kepada calon anggota legislatif atau caleg perempuan adalah bentuk ketidakadilan. Kebijakan afirmatif itu juga berpotensi memunculkan konflik antarcaleg maupun antarlembaga negara.

Demikian dikatakan anggota Komisi III DPR Wila Chandrawila S kepada Kompas di Jakarta, Senin (26/1). ”Kalau KPU tetap mengajukan kebijakan afirmatif pada caleg perempuan agar terpilih, itu adalah pemanjaan dan ketidakadilan pada caleg pria. Ini juga konstruksi demokrasi yang buruk,” ujar anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDIP) DPR itu.

Wila, yang kini juga menjadi caleg, menilai, KPU tak memiliki kewenangan untuk mengatur sesuatu yang tak diperintahkan undang-undang (UU). ”Yang harus dilakukan partai politik di masa depan adalah memilih caleg perempuan yang potensial. Harus ada pula pendidikan politik berkesinambungan pada konstituen perempuan oleh politisi perempuan,” ujar Guru Besar Hukum Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, itu.

KPU berencana membuat aturan terkait penentuan caleg terpilih di suatu daerah pemilihan (dapil). Jika di suatu dapil, sebuah partai politik meraih tiga kursi, kursi ketiga diberikan pada caleg perempuan. Padahal, Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan, penentuan caleg terpilih berdasarkan suara terbanyak.

Potensi konflik

Secara terpisah, dosen Ilmu Politik di Universitas Wahid Hasyim, Semarang, Joko J Prihatmoko, mengingatkan, KPU tak memiliki kewenangan untuk menetapkan kedaulatan yang dimiliki pemilih ke dalam kursi untuk caleg terpilih. Jika KPU memaksakan diri untuk membuat kebijakan afirmatif bagi caleg perempuan, hal itu berpotensi konflik yang tinggi, baik antarcaleg dalam satu partai maupun antarlembaga negara.

”Saat ini seluruh caleg menggunakan segala potensinya untuk meraih kursi. Ekspektasi caleg sangat tinggi. Jika ada caleg yang mendapatkan kursi ketiga, tetapi dikalahkan dengan kebijakan KPU, pasti bisa timbul konflik. KPU juga akan menuai gugatan dari caleg,” ingat Joko.

Joko juga menyebutkan, kebijakan afirmatif pada caleg perempuan itu juga membuat KPU berhadap-hadapan dengan DPR. Dengan kondisi DPR seperti saat ini, kebijakan itu pasti akan ditolak Dewan. Jika kebijakan itu dituangkan dalam bentuk keputusan KPU, bisa diuji oleh parpol. Kalau berbentuk peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perpu), dipastikan akan ditolak DPR sehingga menimbulkan persoalan baru.

Ahli hukum tata negara dari Universitas Indonusa Esa Unggul, Irman Putrasidin, juga mengatakan, Presiden dapat dinilai bertindak inkonstitusional, jika menerbitkan perpu tentang pemberian minimal satu kursi untuk caleg perempuan, jika suatu parpol mendapatkan tiga kursi DPR/DPRD di sebuah dapil. Hal yang sama juga bisa dialamatkan ke KPU, jika menerbitkan ketentuan serupa.

”Putusan MK jelas, penetapan calon terpilih berdasarkan suara terbanyak. Selain final dan mengikat, setiap putusan MK juga seperti UUD yang bergerak. Sehingga, setiap ketentuan yang berbeda dengan putusan MK itu berarti tak konstitusional,” tegas Irman, Senin di Jakarta.

Jika Presiden membuat perpu yang berbeda dengan putusan MK, lanjutnya, dapat dinilai melanggar sumpah jabatannya seperti yang tercantum dalam Pasal 9 UUD 1945, yaitu memegang teguh UUD dan menjalankan segala undang-undang dan peraturan dengan selurus-lurusnya.

”Jika DPR menolak perpu tentang kebijakan afirmatif bagi perempuan dalam penetapan caleg terpilih, dan menyatakan pendapat perpu itu bertentangan dengan UUD 1945, proses pemakzulan kepada presiden berarti telah dimulai,” papar Irman.

Jika KPU membuat ketentuan serupa, tutur Irman, mereka dapat diadukan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), lalu dibawa ke Dewan Kehormatan KPU. Dengan tuduhan melanggar sumpah jabatan, yaitu melaksanakan UUD dan peraturan selurus-lurusnya, anggota KPU yang mendukung kebijakan itu juga dapat diberhentikan.

Menurut Irman, KPU salah tafsir jika merasa dapat membuat ketentuan tentang kebijakan afirmatif bagi perempuan dalam penetapan calon terpilih, setelah membaca surat MK tanggal 23 Januari 2009, yang ditandatangani wakil MK Abdul Mukthie Fajar. Dalam surat itu disebutkan, walaupun tanpa revisi UU atau pembentukan perpu, KPU dapat menetapkan calon terpilih anggota DPR/DPRD berdasarkan putusan MK.

”Dengan surat itu, MK sebenarnya ingin bicara, cepat segera laksanakan putusan kami tentang penetapan calon terpilih berdasarkan suara terbanyak, tanpa perlu menunggu peraturan lain,” ujar Irman.

Mantan Wakil Ketua KPU Ramlan Surbakti mengingatkan, rekayasa pemilu melalui sistem pemilu terkadang tak bisa memasukkan semua hal yang diinginkan pada saat bersamaan. Sistem pemilu proporsional semi terbuka memang menguntungkan bagi usaha meningkatkan peluang terpilihnya perempuan dalam pemilu. Namun, hal ini tak sejalan dengan keinginan supaya suara terbanyak rakyatlah yang menentukan caleg terpilih.

Namun, Ketua Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan Kamala Chandrakirana mengingatkan, langkah afirmatif masih dibutuhkan. Masih banyak sektor yang memberikan konstruksi yang tidak seimbang bagi perempuan. (nwo/mam/tra)

Tak Semua Kader Setuju Mega-Buwono

SURAKARTA — Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengaku belum ada kesepakatan di kalangan internal partai soal tokoh yang akan mendampinginya sebagai calon wakil presiden dalam Pemilu 2009. “Salah satu fungsi rapat kerja nasional adalah mendengarkan aspirasi warga PDI Perjuangan,” kata dia, dalam jumpa pers di sela-sela rapat kerja, di Solo kemarin. 

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Pramono Anung menyebut lima nama yang layak mendampingi Megawati sebagai calon wakil presiden 2009- 2014. Mereka adalah Sri Sultan Hamengku Buwono X, Sutiyoso, Akbar Tandjung, Hidayat Nurwahid, dan Prabowo Subianto. 

Ihwal kehadiran Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sutiyoso dalam rapat, menurut Mega, mereka hadir sebagai tamu kehormatan. “Mereka datang sebagai calon presiden. Belum ada kesepakatan bahwa salah satunya akan menjadi calon wakil presiden saya,” katanya. 

Kemarin dukungan terhadap Sultan untuk mendampingi Mega kembali mengemuka dalam forum rapat. Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan Tebing Tinggi, Sumatera Utara, Effendi Lubis, misalnya, menyatakan bahwa dukungan terhadap Sultan di daerahnya terus mengalir. Hal senada disampaikan Sonny Sofiandy, Wakil Ketua PDI Perjuangan Koordinator Wilayah Amerika. “Warga PDI Perjuangan di Amerika banyak yang menginginkan Sultan menjadi calon wakil presiden mendampingi Mega,” katanya. 

Pendapat berbeda diungkap Fransiskus Ketengge, Ketua Dewan Pengurus Cabang PDI Perjuangan Nabire, Papua. Warga di daerahnya menginginkan calon pendamping Mega adalah putra daerah, seperti Freddy Numberi atau Barnabas Suebu. “Agar bisa mewakili kepentingan masyarakat Papua.” 

Sumber Tempo di PDI Perjuangan mengakui duet Mega- Buwono tak disetujui bulat. “Banyak elemen di ‘moncong putih’ tidak setuju penyebutan secara dini Mega- Buwono,” katanya kepada Tempo kemarin. Alasannya, Sultan kurang mengakar di luar Jawa, dan partai politik pengusung Sultan, yakni Partai Republikan, belum teruji. 

Di tempat terpisah, Hidayat Nurwahid, anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera, menilai PDI Perjuangan telah menganggap rendah partainya dengan menempatkan kader PKS sebagai pendamping Mega. “Kalau sebagai calon wakil presiden, itu memposisikan PKS di bawah PDI Perjuangan,” katanya di gedung DPR kemarin. 

Hidayat menambahkan, jika dirinya diundang sebagai calon wakil presiden dalam Rapat Kerja Nasional PDI Perjuangan di Surakarta, bisa dipastikan ia tak akan datang. Sebab, hingga kini partainya belum menetapkan kandidat presiden dan wakil presiden yang akan diusung. “Kalau sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, saya akan datang.” UKKY PRIMARTANTYO | PRUWANTO | DWI RIYANTO | DWI WIYANA

Dukungan kepada Sultan Makin Menguat

Rabu, 28 Januari 2009

Solo, Kompas - Mayoritas Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengusulkan Sultan Hamengku Buwono X sebagai calon wakil presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri.

Sampai Selasa (27/1) malam, menurut sumber-sumber yang ditemui Kompas di Rapat Kerja Nasional PDI-P di Solo, sejumlah DPD mengonfirmasikan dukungan mereka kepada Sultan. Di antaranya adalah DPD Bali, Jawa Tengah, dan Banten. Sejumlah DPD di Indonesia bagian timur juga mengisyaratkan dukungan itu.

Sekretaris Jenderal PDI-P Pramono Anung ketika dikonfirmasi soal ini membenarkan adanya dukungan kepada Sultan. ”Memang dari pandangan informal. Untuk Indonesia bagian timur mayoritas itu mengusulkan Sultan,” paparnya, Selasa.

Akan tetapi, ada juga sejumlah daerah yang mencalonkan Prabowo Subianto, Hidayat Nur Wahid, Akbar Tandjung, Sutiyoso, dan Wiranto. DPD DKI Jakarta, misalnya, kemungkinan akan mengusulkan mantan Kepala Polri Jenderal (Pol) Sutanto dan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso.

Dalam rakernas tersebut, selain Sultan, hadir pula Syafii Ma’arif, Akbar Tandjung, Sutiyoso, dan Ryamizard Ryacudu. Adapun Prabowo, Hidayat Nur Wahid, dan Wiranto tidak hadir.

Belum jawab

Walau sejumlah nama calon wapres telah mencuat, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri menegaskan, secara pribadi dirinya belum bisa menjawab siapa yang akan mendampinginya sebagai calon wapres.

Namun, Megawati dalam keterangan pers mengatakan, nama bisa saja muncul dalam rakernas. ”Tetapi, apakah akan diputuskan atau belum, bergantung dari proses rakernas ini,” paparnya.

Setidaknya dalam rakernas tersebut dilakukan pembahasan mengenai calon wapres dari PDI-P dan hasilnya akan disampaikan pada penutupan rakernas. ”Jadi, kalau sekarang ditanya bertubi-tubi siapa yang jadi calon wapres saya, kan semua juga tahu, yang datang ke sini tidak ada satu pun loh yang mempunyai keinginan jadi calon wapres,” ujarnya.

Menurut Megawati, semua tokoh partai yang datang menghadiri pembukaan rakernas menyatakan dirinya adalah capres. ”Dan, mereka datang sebagai tamu terhormat di PDI-P ini, dan memang kami undang,” lanjutnya.

Ditanya soal kesiapannya menjadi calon wapres mendampingi Megawati, Sultan belum memberi kepastian. Hal senada disampaikan Sutiyoso. Ia pun belum memberi kepastian.

Sikap Sultan dan Sutiyoso itu berbeda dengan sikap Akbar. Ia memberi isyarat siap mendampingi Megawati dalam Pemilu Presiden 2009. ”Kalau saya nyatakan secara resmi, belum saat ini. Tapi, sebagai pejuang dan bergerak di bidang organisasi, partai politik, dan dalam pemerintahan sekian lama, saya siap mengabdi pada bangsa dan negara bila ada kesempatan,” kata Akbar.

Pada Pemilu 2004 Akbar bersama Megawati membangun Koalisi Kebangsaan. (SUT/SON)

Rabu, 21 Januari 2009

"Ada Sinyal Golkar-PPP Berkoalisi"

Jakarta - Partai Persatuan Pembangunan siap berkoalisi dengan Partai Golkar dalam mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden pada 2009. Pemimpin kedua partai menyatakan memiliki kedekatan visi-misi politik dan ketokohan. 

"Saya kira Golkar dan PPP nggak jauh-jauh amatlah," kata Ketua Umum Pengurus Pusat PPP Suryadharma Ali setelah bertemu dengan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla di kediaman Wakil Presiden kemarin. "Jadi, kalau ibarat strum, ya, nggak jauh-jauh amat. Ada sinyal-sinyal (koalisi) itu." 

Suryadharma mengatakan pertemuan belum membahas wujud konkret koalisi dengan Partai Golkar. Wujud konkret koalisi dibahas setelah pemilihan anggota legislatif. Perolehan suara merupakan modal koalisi bagi partai politik peserta pemilu. "Kalau PPP mendapat hasil kecil, Golkar tentu nggak mau," kata Suryadharma. 

Tentang calonnya, Suryadharma menjelaskan, PPP tak memaksakan diri mengajukan kader sendiri. Partai tak ingin kadernya sekadar mencari popularitas tanpa kemampuan berlaga pada pemilihan presiden. PPP tak bisa menganggap main-main kandidatnya. Calon presiden dan wakil presiden bisa dari kalangan internal maupun eksternal, tetapi calon bukan menjadi cara mencari popularitas. "PPP tidak mau mencalonkan kadernya hanya untuk gagah-gagahan," kata dia. 

Menurut Suryadharma, PPP belum menetapkan dukungan pada Yudhoyono-Kalla. Apalagi pasangan ini belum definitif berpasangan lagi. "Kalau sekarang (mendukung) SBY-JK (Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla). (Pada 2009) belum ada kepastian JK akan berpasangan dengan SBY dan begitu juga sebaliknya," kata dia. 

Suryadharma enggan menjawab tentang dukungan kepada Kalla sebagai calon presiden jika Golkar meraup suara terbanyak pada pemilihan legislatif. PPP masih berfokus pada upaya mendapatkan suara terbanyak pada pemilihan legislatif. 

Adapun Wakil Ketua Umum PPP Chozin Chumaidy mengatakan partainya sampai kini tetap berkomitmen pada Yudhoyono-Kalla. Namun, setelah pemilihan legislatif, dukungan bisa saja berubah. "Karena itu, tunggu hasil pemilihan legislatif," kata dia. 

Dalam kesempatan itu Kalla menyatakan tak bisa menghadiri pembukaan acara Rapat Kerja Nasional Partai Persatuan Pembangunan pada 24 Januari. Kalla, kata Chozin, memiliki agenda lain di luar kota. 

Selain itu, Kalla dan politikus PPP membicarakan penyederhanaan partai politik peserta pemilu. "Pemilu sekarang cukup memberatkan karena menggunakan sistem multipartai sederhana," kata Suryadharma. Pemilu 2009 diikuti 34 partai politik ditambah empat partai lokal. 

Menurut Suryadharma, Kalla berpendapat jumlah peserta pemilu 2014 harus dibatasi dengan aturan. KURNIASIH BUDI | PURWANTO

Megawati Mulai Seleksi Calon Pasangan

JAKARTA - Menjelang diselenggarakannya rapat kerja nasional Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada 27 Januari mendatang, Megawati Soekarnoputri mulai menyeleksi calon pasangannya dalam pemilihan presiden tahun ini. Setelah Prabowo Subianto, kemarin giliran Sri Sultan Hamengku Buwono X dan mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso datang menemui ketua umum partai berlambang banteng itu. 

Pertemuan dilakukan di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Sultan datang menjelang pukul 10.00 WIB dan baru keluar satu setengah jam kemudian. Baru setelah itu Sutiyoso masuk. 

Ditemui seusai pertemuan, Sultan menegaskan dirinya masih belum menurunkan target politiknya untuk menjadi orang kedua di republik ini. "Saya dari kemarin bilang, deklarasi saya capres (calon presiden)," kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta itu. 

Sultan mengatakan pertemuan empat mata dirinya dengan Megawati bahkan tak membicarakan pencalonan dirinya sebagai presiden atau kemungkinan menjadi calon pendamping Megawati. 

"Hanya ngobrol-ngobrol, tidak ada pembicaraan itu," ujarnya. 

Sultan melanjutkan, dalam pertemuan tersebut Megawati mengundangnya hadir dalam rapat kerja nasional PDI Perjuangan di Solo nanti. Sehari sebelum rapat dimulai, Sultan meminta Megawati datang ke rumahnya di Yogyakarta. "Saya minta Ibu Mega mampir ke rumah saya," kata Sultan. 

Sutiyoso juga mengatakan pertemuannya dengan mantan Presiden RI kelima itu tak membicarakan posisi kandidat wakil presiden. "Tidak ada yang istimewa dalam konteks politik pada kunjungan hari ini," kata Sutiyoso. 

Ia bahkan tak yakin PDI Perjuangan akan menetapkan pasangan Megawati pada rapat kerja 27 Januari nanti. PDI Perjuangan, kata Sutiyoso, ada kemungkinan baru akan menetapkan siapa calon wakil presidennya setelah pemilihan legislatif usai. "Semua peta politik (bisa dilihat) setelah pemilu legislatif," kata Sutiyoso. 

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Pramono Anung enggan menyampaikan hasil pertemuan antara Megawati dan Sultan serta Sutiyoso. "Saya hanya mondar-mandir," Pramono menjelaskan, ia pun tak tahu isi pembicaraan para tokoh itu. 

Undangan kepada Sultan kemarin, kata Pramono, hanya untuk makan bubur ayam bersama Mega. "Pakai cakwe kesukaan mereka berdua," katanya. Tapi Pramono mengakui nama Sultan masuk menjadi salah satu kandidat yang mungkin mendampingi Megawati. "Dalam ideologi, mereka sama." 

Nama-nama selain Sultan dan Sutiyoso yang masuk daftar, katanya, adalah Prabowo, Hidayat Nur Wahid, dan Akbar Tandjung. "Lima nama itu yang beredar kuat," ujar Pramono. Kelimanya akan diundang menghadiri rapat kerja nasional partai di Solo. 

Sebelumnya, Pramono menambahkan, Megawati juga telah bertemu dengan Prabowo. "Tiga kali," katanya. Adapun terhadap Hidayat, Megawati lebih banyak melakukan pendekatan ke Partai Keadilan Sejahtera. DWI RIYANTO AGUSTIAR | TOMI ARYANTO

Selasa, 20 Januari 2009

Kaum yang Paling Serakah

Setiap kali melihat tank-tank Israel menggempur kota Gaza dan isinya, entah mengapa di telinga saya bergaung kalimat-kalimat perintah ini: 'Kami mengarahkan perhatian anda khusus kepada pulau-pulau di mana bertumbuh cengkeh dan pala dan kami memerintahkan anda untuk memenangkan (menundukkan - pen) pulau-pulau itu untuk Kompeni yaitu VOC baik dengan cara perundingan maupun dengan kekerasan.'

Perintah itu dikeluarkan pada tahun 1608 oleh para direktur VOC yang terkenal dengan sebutan Tuan-tuan Tujuh Belas atau Heeren XVII. Yang mendapat perintah adalah Laksamana Pieterszoon Verhoeven, sedangkan yang dimaksud dengan pulau-pulau adalah kepulauan Maluku.

Apa hubungan perintah dari VOC yang sudah berusia tepat empat abad itu dengan keganasan Israel saat ini? Pertama adalah kata 'kekerasan'. Tak mungkin diragukan lagi bahwa sejak awal orang Barat datang ke mana-mana, ke Benua Amerika, Asia, Afrika adalah untuk menguasai dengan segala cara termasuk kekerasan dan perang.

Laksamana Pietterszoon terhadap orang Indonesia, Jenderal Cluster terhadap orang Indian, Kapten Cook terhadap bangsa Aborigin, dan masih banyak lagi, adalah pelaku-pelaku kekerasan yang mewakili 'peradaban' Barat dan melakukan kekerasan di mana-mana pada awal masa kolonial. 

Kekerasan yang dilakukan oleh orang Barat itu terbukti telah menyengsarakan dua pertiga pnduduk bumi hingga saat ini. Karena, motivasi semua kekerasan yang mereka lakukan dulu masih utuh hingga sekarang yakni serakah dan keserakahan.

Pada abad-abad yang lalu keserakahan Barat muncul dengan kasar berupa kolonialisme dan kapitalisme klasik. Keduanya tampil ke permukaan dalam ujud perbudakan, monopoli dan tanam paksa yang semuanya ditamengi dengan meriam, pedang dan senapan. Ironisnya kekerasan yang membungkus keserakahan itu mereka carikan legitimasinya pada agama. Maka simbol-simbol agama tampak jelas pada layar kapal, gagang kelewang, juga tanda-tanda kepangkatan mereka. Dan sambil membantai suku-suku Indian misalnya, anak buah Jenderal Cluster menyanyikan lagu-lagu prajurit ketuhanan.

Hari ini keserakahan Barat bukan berkurang melainkan bertambah-tambah. Namun keserakahan itu telah dikemas dengan sangat halus dan rapi. Kolonialisme alias penjajahan klasik telah bermetamorfosis menjadi sistem ekonomi dan keuangan dengan nama-nama mentereng. Kapitalisme yang tetap digerakkan oleh nafsu serakah telah diberi badan yang namanya enak didengar; IMF, Bank Dunia, WTO, bahkan PBB. Kata 'kapittalis' yang telah tercitra buruk kini diganti menjadi 'investor'.

Tidak seperti tahun 1608 ketika Heeren XVII mengirim Pieterszoon dengan 14 kapal bermeriam untuk menguasai pulau-pulau rempah, kapitalis modern datang ke Indonesia dengan senyum dan penawaran bantuan keuangan yang menggiurkan. Peran laksamana sudah diganti oleh para fund manager yang punya kekuatan menaklukan lebih hebat. Salah seorang di antaranya bernama Comdessus dari IMF yang dulu menundukkan Presiden Suharto di depan jutaan orang ketika dia memaksa presiden RI itu teken surat pengakuan utang.

Meriam juga sudah diganti dengan kecanggihan sistem informasi dan komunikasi yang nyaris seratus persen mereka kuasai. Maka penaklukan terhadap bangsa ini berlangsung tanpa letusan meriam, malah terjadi dalam suasana meriah di hotel-hotel mewah. Namun di balik itu semua ada malapetaka yang harus disandang oleh setiap manusia Indonesia. Bahkan bayi yang baru lahir pun sudah menyandang utang puluhan juta kepada penguasa keuangan dunia.

Dan tank serta pesawat tempur Israel masih terus menghamburkan kehancuran dan kematian di Palestina. Ah, saya teringat kembali perintah kepada Pieterrzoon untuk menaklukan Maluku dengan kekuatan meriam 400 tahun yang lalu. Saya juga teringat bagaimana Comdessus menaklukan Suharto dengan kekuatan uang. Mengapa? Karena jenderal-jenderal Israel, Heeren XVII, dan bossnya Comdessus berasal dari kaum yang sama, kaum yang paling serakah di dunia.

Pesan Hijrah Rasulullah

Oleh: Ahmad Rifa'i

Bulan Muharram mengingatkan kita dengan satu peristiwa penting dalam sejarah Islam. Yaitu, peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah. Secara pribadi, Rasulullah SAW dan para sahabatnya sangat berat meninggalkan kampung halamannya. Tapi, demi terwujudnya perubahan yang dicita-citakan, Rasulullah SAW menempuh langkah ini.

Sekarang, perintah hijrah dari Makkah ke Madinah memang sudah tidak berlaku lagi. Tapi, perintah hijrah dalam dimensi lain masih berlaku dan akan terus berlaku hingga hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda: ''Tidak ada hijrah setelah fathu Makkah, tetapi yang ada adalah jihad dan niat.'' (HR Bukhari dan Muslim)Secara bahasa, hijrah berarti meninggalkan. Adapun secara istilah, maknanya sangat beragam. Makna yang paling umum, menurut Imam Nawawi, adalah meninggalkan larangan-larangan Allah. Hijrah dalam pengertian inilah yang berlaku hingga hari kiamat. 

Berhijrah di jalan Allah (dalam semua dimensinya) mengandung keutamaan yang sangat agung. Allah berfirman: ''Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan, adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (Annisaa': 100)

Ibnu Katsir berkata ketika mengomentari ayat ini: ''Ayat ini mengandung sugesti (motivasi) agar berhijrah dan meninggalkan orang-orang musyrik.'' Ayat ini juga menjelaskan keutamaan berhijrah. Orang yang berhijrah karena Allah, akan mendapatkan garansi dan jaminan hidup dari Allah, di dunia dan di akhirat. Di dunia, ia akan dikaruniai keluasan rezeki. Sedangkan di akhirat, ia akan meraih pahala yang melimpah. 

Untuk menjalankan hijrah memang tidak mudah. Dalam diri seorang muhajir (orang yang berhijrah) harus tertanam niat yang tulus, jihad, dan kesungguhan. Kenapa? Karena dalam perjalanan hijrah itu, kita pasti akan menghadapi beragam tantangan dan cobaan. Tanpa niat yang tulus, semangat jihad, serta kesungguhan yang terus bergelora mustahil tantangan-tantangan itu bisa ditaklukkan.

Makna Hijrah

Oleh Suprianto

Pada mulanya, tahun baru Hijriyah diperingati sebagai penanda peristiwa hijrah secara geografis yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabat untuk menyelamatkan akidah mereka. Peristiwa itu menandakan dimulainya tatanan Islam yang membawa umatnya menuju masyarakat madani berasaskan keadilan dan kesetaraan.

Salah satu makna penting hijrah adalah proses transformasi dari jahiliyah (kegelapan) menuju peradaban yang sepenuhnya tercerahkan. Dalam konteks kebangsaan, hijrah bisa dimaknai sebagai transformasi menuju peningkatan kesejahteraan seluruh elemen masyarakat. 

Mengingat konteks ini, negara tidak memiliki tujuan dan agenda lain kecuali mengupayakan kualitas penghidupan yang layak bagi seluruh warganya.

Pergantian tahun baru Islam 1430 H yang jatuh pada 29 Desember 2008, selayaknya dijadikan momentum untuk bangkit dari keterpurukan menuju kejayaan. Memang, tidak gampang bangkit dari keterpurukan yang sudah mengakar. Apalagi di saat menjelang pesta demokrasi 2009 yang sudah di ambang pintu.

Dari realitas politik, ekonomi, dan sosial-keagamaan yang tidak begitu menggembirakan, kontekstualisasi hijrah harus berpijak pada kondisi yang menjadi problem kita sekarang. Persoalan korupsi yang menggurita, kemiskinan merajalela, serta krisis yang telah mendorong bangsa ini menuju kubangan krisis multidimensional, harus menjadi agenda hijrah kita bersama.

Nabi semasa hijrah hanya memiliki sumber daya terbatas untuk memberdayakan masyarakatnya di Madinah, baik secara finansial maupun manajerial. Bahkan, hampir tidak memiliki potensi apa pun yang bisa diolah dan dikembangkan untuk membangun masyarakatnya. Tetapi, Rasulullah SAW justru mampu memperlihatkan hal sebaliknya.

Beliau membuktikan, pemimpin yang berlandaskan komitmen yang besar untuk mengadakan perubahan disertai keteladanan, dedikasi, totalitas, serta integritas, akan selalu mampu mengatasi tiap permasalahan.

Becermin kepada Nabi dalam menjalankan strategi dakwahnya itu, rasanya terlalu naif mengatakan bahwa nasib pemimpin dan bangsanya bergantung pada semata-mata keberuntungan. Dalam Alquran surat Ar-Ra'du [13] ayat 11 telah ditegaskan, ''Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum tanpa dia sendiri mengubah nasibnya.''

Ayat ini memberi otoritas kepada segenap manusia untuk berusaha sekuat tenaga dan pikiran, mengerahkan segala potensinya demi kehidupan yang lebih baik. Bukan semata-mata berharap dan hanya bergantung terhadap 'kekuatan lain' dalam menjalani hidup.

Tahun Baru Hijriah

Oleh Alwi Shahab

Dalam melaksanakan tugasnya di Makkah, Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya dihadapkan pada masyarakat jahiliyah. Para penyembah berhala, mabuk-mabukan, dan biasa melakukan kejahatan, termasuk membunuh bayi-bayi perempuan hidup-hidup. Dalam lingkungan demikianlah, Allah mengutus Rasulullah guna memperbaiki akhlak manusia di dunia ini.

Karenanya, ketika Nabi memulai tugasnya, kaum kafir Quraisy segera membangkitkan sikap permusuhan kepadanya. Kalau semula berbentuk cemoohan dan serangan-serangan verbal lainnya, kemudian berkembang lebih kejam lagi. Nabi dan para pengikutnya dikejar-kejar dan dianiaya. Hingga Nabi mengizinkan sebagian dari mereka untuk mencari keamanan di Abesinia (Ethiopia). Rajanya Najasyi (Negus) dikenal adil dan bijaksana.

Kematian istrinya, Khadijah, dan pamannya, Abu Thalib, pada saat hampir bersamaan, yakni tahun ke-10 dari kenabian, membuat kehidupan dan ruang geraknya semakin sempit. Sehingga, tahun itu dikenal sebagai Am-al-Huzn (tahun duka cita). Dan, serangan kaum kafir Quraisy makin menjadi-jadi. Pada tahun ke-11 kenabian inilah Nabi hijrah ke Yatrib (Madinah) ditemani Abu Bakar. Sementara itu, Nabi memerintahkan Ali tidur di tempat tidurnya, ketika kediaman beliau dikepung kafir Quraisy yang hendak membunuhnya.

Setibanya di Yatrib (Madinah) yang mendapat sambutan penduduknya, Nabi membangun landasan utama bagi terbentuknya masyarakat yang baru yang Islami. Pertama, membangun masjid sebagai pusat kegiatan rohani. Kedua, mempersaudarakan seluruh kaum Muslimin, khususnya antara orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah (Muhajirin), dan penduduk asli Madinah (Anshar).

Dalam persaudaraan ini, sejarah mencatat bagaimana pihak Anshar bersedia memberikan apa saja yang mereka miliki untuk saudara-saudaranya kaum Muhajirin. Menjelang Perang Badar, pasukan Anshar yang berbaiat kepada Nabi menegaskan janji setianya. ''Demi Allah yang mengutus tuan dengan hak, andai kata tuan mengajak kami mengarungi laut niscaya kami akan tempuh tanpa ada seorang pun yang absen. Dan kami tak akan segan tuan hadapkan kami dengan musuh. Majulah tuan dengan berkat Allah.''

Sejarah Islam dengan gemilang mencatat bagaimana kaum Muslimin, Anshor dan Muhajirin, bahu-membahu dan tanpa gentar menyumbangkan raganya dalam membela Islam. Peristiwa hijrah menandai berakhirnya masa pra Islam (jahiliyah), dan babak baru dalam sejarah kegemilangan Islam. Satu pesan peristiwa hijrah yang layak kita catat adalah: tidak ada yang tak bisa diraih bila kita bersatu dan rela mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan yang lebih luas. Ini pula yang semestinya kita lakukan.

Tangan yang Dicium Rasulullah

Oleh Rahmat Banu Widodo

Dalam satu riwayat yang dikisahkan Sa'd bin Mu'adz Al-Anshari, ketika itu, Nabi Muhammad SAW baru pulang dari Tabuk. Beliau melihat seorang tukang batu sedang bekerja keras di tengah teriknya matahari gurun pasir.

Pekerjaan yang berat itu membuat tangannya yang hitam kelam, melepuh dan terluka. Melepuhnya tangan tukang batu itu disebabkan terlalu kuatnya menggunakan palu dan alat sekop untuk memecahkan batu. Begitulah dia bekerja sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan anak dan istrinya di rumah.

''Kenapa tanganmu?'' bertanya Rasulullah SAW. ''Tanganku begini karena palu dan sekop yang saya pergunakan untuk mencari nafkah bagi keluarga yang menjadi tanggunganku.''Rasulullah SAW lalu mengambil tangan itu dan menciumnya, kemudian Beliau berkata, ''Inilah tangan yang tak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya.''

Kisah tersebut mengandung hikmah bahwa tangan yang tidak pernah disentuh oleh api neraka bukanlah tangan yang lembut, atau yang berkali-kali membuka ayat-ayat Alquran. Bukan pula tangan yang sekali tanda tangan, ratusan juta rupiah cair. Melainkan tangan yang melepuh karena bekerja keras mencari nafkah yang halal.

Inilah tangan yang di dalamnya terkandung rasa tanggung jawab. Tangan penuh ikhlas dalam menjalankan amanah yang Allah SWT berikan. Tangan yang digunakan semata-mata berada di jalan Allah serta jauh dari perbuatan haram.Itulah tangan seorang tukang batu (seorang pekerja keras), tangan yang dicium oleh Rasulullah SAW. Sebuah bentuk ciuman penuh makna mendalam, bentuk ciuman keberpihakan, kepedulian, dan motivasi dari seorang Rasul hamba pilihan kepada seorang hamba.

Rasulullah SAW kagum terhadap seorang yang gigih bekerja membela keluarga, meski melakukan pekerjaan kasar atau hina di mata manusia. Namun, di kehidupan saat ini, bekerja keras dengan cara yang halal tampak sudah semakin langka.Di tengah-tengah persaingan hidup yang begitu ketat, membuat banyak orang memilih melakukan jalan pintas demi memperoleh harta, kepuasan, dan kekuasaan sesaat, meski jalan tersebut justru akan menjerumuskan pada malapetaka.

Jauh sebelum ini Rasulullah SAW pernah memprediksi, ''Akan tiba suatu zaman di mana orang tidak peduli lagi terhadap harta yang diperoleh, apakah ia halal atau haram.'' (HR Bukhari).Kini, kita menyaksikan sebuah kenyataan di mana orang sangat berani melakukan perbuatan yang diharamkan Allah SWT, berupa kejahatan korupsi, penipuan, perampokan, perjudian, dan sebagainya. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi diri kita, keluarga, dan orang-orang beriman dari harta-harta yang bersumber dari perbuatan haram.

Shalat Khusyuk

Oleh Ruslani

Khusyuk dalam shalat adalah buah keimanan dan hasil keyakinan akan keagungan Allah SWT. Shalat khusyuk akan mampu membersihkan karat-karat yang ada di hati.''Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.'' (QS Almu'minun [23]: 1-2).

Lalu, bagaimana caranya agar kita dapat merasakan kekhusyukan dalam beribadah? Khusyuk dalam beribadah, terutama shalat, ditimbulkan adanya keyakinan bahwa Allah melihat segala gerakan hamba-Nya.Seperti ditegaskan oleh Rasulullah SAW, ''Beribadahlah kepada Allah seolah-olah engkau dapat melihat-Nya. Maka, jika engkau tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.'' (HR Muslim).

Menurut Imam Ghazali, untuk menuju shalat khusyuk, paling sedikit harus mengandung enam keadaan jiwa. Pertama, adanya kehadiran hati, yaitu mengosongkan hati dari segala sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan shalat. Timbulkanlah rasa malu, mengapa hati kita dapat hadir pada saat berhadapan dengan pejabat-pejabat tinggi negara, tapi lalai pada waktu menghadap Allah SWT yang Mahatinggi.

Kedua, adanya pemahaman yang mendalam mengenai makna yang diucapkan. Karena, dengan cara inilah, hati mempunyai pekerjaan sehingga tidak sempat mengingat hal-hal lain.Ketiga, adanya rasa takzim, yaitu keyakinan tentang keagungan Allah SWT dan keyakinan tentang kehinaan diri. Rasa takzim inilah yang menimbulkan kepasrahan, kerendahan hati, dan kekhusyukan beribadah.

Keempat, adanya rasa takut disertai pengagungan. Semakin kita mengenal sifat-sifat Allah, semakin bertambah pula rasa ini. Kelima, adanya rasa pengharapan, yaitu mengharapkan shalatnya dapat diterima dan diberi balasan di sisi Allah SWT. Terakhir, rasa malu yang disebabkan kelalaian dalam menaati perintah-perintah-Nya.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa untuk dapat menuju shalat khusyuk, terlebih dahulu harus menutup penyebab kesibukan hati. Usahakanlah paling sedikit setengah atau sepertiga dari shalat itu dilakukan dengan kesadaran sehingga kita masih tetap dapat memperoleh pahala.

Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW, ''Adakalanya seseorang bershalat, namun tidak diterima darinya setengahnya, seperempatnya, seperlimanya, seperenamnya, ataupun sepersepuluhnya. Sesungguhnya, shalat yang diperhitungkan bagi seseorang hanyalah sekadar yang dikerjakannya dengan sadar.''Mudah-mudahan, kita tidak termasuk dalam kategori orang-orang yang banyak mengerjakan shalat, sementara bagian yang didapatkan hanyalah lelah dan payah.

Yahudi Khianati Nabi

Oleh Alwi Shahab

Di Madinah, setelah hijrah dari Makkah, Rasulullah SAW mengadakan perjanjian nonagresi dan konsistensi damai dengan kaum Yahudi. Akan tetapi, bukannya menghormati perdamaian, sebaliknya Yahudi justru menghasut dan memecah belah kaum Muslim.

Pernah suatu ketika, Sayidina Abu Bakar RA mengajak salah satu suku Yahudi untuk masuk Islam. Namun, yang diajaknya menjawab ketus, ''Demi Allah, hai Abu Bakar, sebenarnya bukan kami yang butuh pada Allah. Tetapi, justru Allah yang membutuhkan kami. Bukan kami yang merayu-rayu Allah, tapi justru Allah yang merayu-rayu kami. 

Kami tidak butuh kepada-Nya, tetapi Dia yang butuh kepada kami. Kalau benar Tuhan kalian kaya, pasti Dia tak akan meminta kami meminjamkan uang kami kepada-Nya, seperti yang dikatakan Muhammad sahabatmu.''Dengan ucapan itu, si Yahudi menyindir-nyindir firman Allah, ''Siapakah yang mau meminjami Allah dengan cara baik, maka Allah akan menggandakannya berlipat-lipat.'' (QS Albaqarah [2]: 245).

Mendengar ucapan tersebut, Abu Bakar yang terkenal lembut menjadi sangat marah. Sambil menampar si Yahudi, Abu Bakar berkata, ''Demi Allah, kalau tidak karena adanya perjanjian di antara kita, niscaya sudah aku penggal batang lehermu.''Kemudian, Abu Bakar mengadukan ucapan si Yahudi kepada Nabi. Lalu, turunlah ayat, ''Allah telah mendengar perkataan mereka yang berucap, 'Sesungguhnya Allah fakir, sedangkan kami kaya.' Akan Kami catat semua perkataan mereka dan tindakan mereka yang membunuh para Nabi tanpa hak serta Kami akan katakan kepada mereka, 'Rasakan siksaan azab pembakaran!'' (QS Ali Imran [3]: 181).

Sejarah Islam mencatat, telah berulang kali orang Yahudi menghasut suku-suku mereka yang telah masuk Islam untuk membangkitkan kembali dendam kesumat jahiliyah dahulu. Ada yang berpura-pura masuk Islam, setelah itu mengada-adakan hal yang tidak ada dalam Islam.Segolongan lain mencoba memojokkan Islam dengan memperdebatkan, menyebarluaskan prasangka, dan menyerang Islam dengan pertanyaan-pertanyaan, ''Apa itu Allah? Apa itu roh? Jika Allah menciptakan mahluknya, siapakah yang menciptakan Allah?''

Dalam peperangan Badar, untuk membuat kaum Muslim menjadi panik, kaum Yahudi mendesas-desuskan Nabi Muhammad SAW telah mati terbunuh. Setelah diketahui Nabi selamat, pihak Yahudi mengirimkan utusan ke Makkah untuk menghasut kafir Quraisy agar memerangi Muhammad kembali.Kini, di saat Israel melakukan tindakan biadab dan pembantaian terhadap saudara-saudara kita di Palestina, kita diwajibkan untuk meringankan penderitaan mereka. Tiap Muslim itu bersaudara. Mereka adalah satu dalam tangan, hati, dan tujuan.

Yahudi dalam Alquran

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan ingatlah pula bahwasanya Allah telah melebihkan kamu atas segala umat. (QS 2: 47). Ayat tersebut di atas dan beberapa ayat Alquran lainnya seperti Albaqarah ayat 122 diturunkan kepada orang-orang Yahudi yang hidup di zaman Nabi saw.

Ayat-ayat tersebut untuk mengingatkan mereka, betapa Allah SWT telah banyak memberikan nikmat kepada para nenek moyang mereka, antara lain dengan memiliki kecerdasan yang tinggi, dan banyaknya Nabi-nabi yang berasal dari kalangan mereka. Akan tetapi mereka berubah menjadi suku bangsa yang sombong, takabur, mempermainkan ayat-ayat Allah dan ajaran agama, bahkan tidak segan-segan mereka membunuh para Nabi mereka sendiri dan membunuh para dai yang selalu menyeru kepada kebaikan.

Firman Allah: Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyeru manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka, bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih (QS 3:21).

Demikian pula perilaku orang-orang Yahudi di zaman Nabi saw, hampir relatif sama dengan para nenek moyangnya. Mereka sangat membenci, hasad, iri, dan dengki terhadap Nabi saw dan para sahabatnya. Mereka berusaha dengan berbagai macam cara (halus maupun kasar) agar kaum Muslimin meninggalkan ajaran agamanya dan kembali menjadi kufur seperti mereka.

Firman-Nya: Sebagian besar Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran, setelah kamu beriman, karena dengki yang timbul dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran ... (QS 2: 109).

Sejarah juga telah mencatat, bahwa hampir seluruh perjanjian yang dibuat antara mereka dan Rasulullah saw, selalu mereka khianati. Karena itu, tidaklah mengherankan jika sekarang pun mereka melakukan hal yang sama. Mengkhianati hampir seluruh perjanjian damai dengan bangsa Palestina, bahkan dengan congkaknya mereka pun tidak mau tunduk kepada resolusi-resolusi yang telah dihasilkan Dewan Keamanan PBB tentang perdamaian Timur Tengah.

Sesungguhnya sikap arogan mereka ini adalah pengulangan sejarah yang telah pernah terjadi sebelumnya, sekaligus sebagai bukti kebenaran firman Allah SWT yang bersifat mutlak absolut dan universal. Karena itu, apa pun alasannya, hendaknya pemerintah tidak membuka hubungan dagang, apalagi hubungan diplomatik, dengan Israel (baca: Yahudi dan Zionis), karena hanyalah akan merugikan kita semua, sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Apalagi Alquran dan sejarah perjalanan kehidupan umat sudah memberikan peringatan kepada kita semua, kecuali jika kita memang akan menjadi bangsa yang sombong seperti mereka yang sudah tidak peduli lagi pada ayat-ayat Allah SWT. Wallahu 'alam bi ash-shawab. - By KH Didin Hafidhuddin MSc

Bani Israil

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku padamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus tunduk (takut). (QS Al-Baqarah: 40).

Israil yang artinya pilihan adalah sebutan bagi Nabi Ya'kub as. Bani Israil adalah anak-anak keturunan Nabi Ya'kub as. Tetapi, sekarang bangsa mereka lebih terkenal dengan sebutan Yahudi atau Zionis. Sebagai bangsa pilihan, mereka banyak dianugerahi nikmat Allah SWT, sesuatu yang tidak dinikmati bangsa-bangsa lainnya.

Kenikmatan yang diterima Bani Israil itu kalau dirinci satu per satu tentu tidak terhitung. Namun ada beberapa kenikmatan yang sangat menonjol dirasakan oleh mereka seperti: diselamatkannya mereka dari kejaran Fir'aun dan bala tentaranya yang amat bengis (QS 2:49), dibelahnya laut untuk jalan mereka dan ditenggelamkannya Fir'aun dan para pengikutnya (QS 2:50), diturunkannya Nabi Musa dan Kitab Taurat untuk mereka serta dimaafkannya kesalahan mereka atas perbuatan menyembah anak sapi (QS 2:51),

dibangkitkannya mereka setelah mati disambar petir akibat keraguannya terhadap eksistensi Allah SWT (QS 2:55-56), dinaungi dengan awan ketika berjalan di bawah terik matahari dan diturunkannya makanan sorga yaitu manna dan salwa serta dua belas mata air (QS 2:57).

Namun, ketika mereka diperintahkan masuk ke Palestina dengan penuh keberanian, karena di dalamnya terdapat penguasa yang otoriter, ternyata mereka mengingkarinya, bahkan mereka mengatakan kepada Nabi Musa as: ''Barangkali engkau bersama Tuhanmu (untuk berperang merebut Palestina), dan kami di sini saja (menunggu hasilnya)!'' Sungguh orang-orang Yahudi itu tidak bisa mensyukuri nikmat, tidak tahu balas budi, dan selalu ingkar janji. ''Oleh sebab itu, Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik''. (QS 2:59).

Kini, atas bantuan Inggris dan para sekutunya, sejak 1948 bangsa Yahudi telah menjajah bumi Palestina dan mengusir penduduknya dari tanah kelahirannya. Segala upaya telah dilakukan untuk mengusir kaum Zionis itu dari tanah Palestina yang suci, namun setiap usaha tersebut hingga kini menemui kegagalan.

Berbagai perjanjian telah dibuat. Lebih dari 600 rekomendasi dihasilkan lewat seminar atau simposium tingkat dunia. Sudah puluhan resolusi lahir dari rahim PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa). Namun sampai detik ini, Yahudi tetaplah Yahudi yang dulu. Mereka kufur akan nikmat, suka melanggar perjanjian, dan tidak tahu membalas budi.

Mungkin benar adanya sinyalemen, bahwa masih ada orang-orang Yahudi yang baik. Oleh karena itu, bangsa Indonesia ingin menjalin hubungan dagang secara formal dengan mereka. Hanya saja, sejarah yang selalu arif telah membuktikan bahwa jangankan Indonesia yang masih lemah, negara-negara adidaya pun kini telah bertekuk lutut di bawah kendalinya. Semoga saja kita tidak menjadi korban ke sekian dari tipu daya Yahudi. - By Fauzan Al-Anshari 

Prabowo Belum Ditawari Dampingi Megawati

BOGOR - Prabowo Subianto, Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya, mengatakan belum menerima tawaran dari PDI Perjuangan untuk mendampingi Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden di 2009. Saat ini mantan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat ini tetap bertahan menjadi calon presiden dari Partai Gerindra. 

“Saya belum menerima tawaran menjadi wakil presiden dari mana pun. Sekarang ini saya adalah calon presiden dari Partai Gerindra,” kata Prabowo seusai pengukuhannya sebagai Ketua Badan Kehormatan Gabungan Inisiatif Bersama Anak Siliwangi, di IPB International Convention Center, Bogor, Jawa Barat kemarin. 

Saat ini PDI Perjuangan tengah mencari pasangan Megawati sebagai calon presiden dan wakil presiden di 2009. Prabowo merupakan salah satu kandidat yang disebutkan PDI Perjuangan. Selain Prabowo, nama lain adalah Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Hidayat Nur Wahid. 

Akhir bulan ini PDI Perjuangan menggagas rapat kerja nasional. Menurut Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Pramono Anung, rapat kerja belum menentukan nama pendamping, tapi mengerucutkan jumlah dari belasan nama tokoh calon pendamping Megawati menjadi tiga sampai empat nama. 

Menjelang pertemuan, pengurus teras PDI Perjuangan gencar mendekati tokoh nasional. Pekan lalu Prabowo dan Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Fadli Zon bertemu dengan Megawati di kediaman Kebagusan, Jakarta Selatan. 

Menurut Fadli kemarin, pertemuan tak spesifik membahas pencalonan maupun mengenai koalisi. Pertemuan, kata dia, hanya membicarakan masalah bangsa terkini dan cerita masa lalu. "Hanya makan malam biasa," kata dia. "Sampai sekarang Pak Prabowo masih calon presiden dari Gerindra." 

Tak hanya Prabowo, PDI Perjuangan gencar mendekati Sri Sultan. Ketua Dewan Pengarah PDI Perjuangan Taufiq Kiemas beberapa kali bertemu dengan Sultan. Pertemuan terakhir keduanya dilakukan pekan lalu di Yogyakarta. Sultan disebut-sebut sebagai calon terkuat PDI Perjuangan jika berpasangan dengan Megawati. Namun, hingga kini Sultan belum memastikan kesediaannya. 

Selain para tokoh yang disebut sebagai calon wakil presidennya, PDI Perjuangan juga mengagendakan bertemu dengan Abdurrahman Wahid dan Amien Rais. Sumber Tempo mengatakan pertemuan dengan Abdurrahman Wahid dibahas sejak tiga pekan lalu saat Taufiq Kiemas bertemu dengan Zannuba Arifah Chafsoh, putri Gus Dur. 

Namun, Pramono Anung tak menjawab pasti mengenai pertemuan tiga tokoh yang hadir dalam pertemuan Ciganjur pada 1998 ini. "Lihat saja nanti," kata Pramono. Adapun Zannuba tak mau menjawab soal ini. Pertemuannya dengan Taufiq Kiemas, kata dia, hanya diisi tertawa-tawa membahas persoalan bangsa dan membicarakan masa lalu. 

Sumber Tempo di PDI Perjuangan menyebutkan, pertemuan dengan berbagai tokoh berkaitan dengan penyusunan kabinet bayangan Megawati. PURWANTO | DIKY | BERNARDA RURIT

Senin, 19 Januari 2009

Reformasi Birokrasi Setengah Hati

Jakarta, Kompas - Pelaksanaan reformasi birokrasi di Indonesia saat ini masih setengah hati sehingga hasilnya belum maksimal. Pelanggaran seperti dugaan korupsi, bahkan, masih terjadi di lembaga yang sudah melakukan reformasi birokrasi.

Demikian disampaikan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) M Jasin, dalam diskusi terbuka ”Menggugat Good Governance Reform” di Jakarta, Sabtu (17/1).

Pembicara lain dalam acara itu adalah hakim agung Syamsul Maarif, Achmad Erani Yustika (Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya), dan Andy Fefta (Ketua Program Magister Administrasi Publik Universitas Brawijaya).

Menurut Jasin, reformasi birokrasi antara lain sudah dijalankan di Departemen Keuangan, yang antara lain ditandai dengan efisiensi pegawai dan pengaturan kembali remunerasi, sejak tahun 2005.

”Belum berhasilnya reformasi birokrasi ini secara maksimal karena program itu masih dijalankan secara parsial,” kata Jasin.

Adapun Andy mengatakan, pelaksanaan reformasi birokrasi juga membutuhkan kehadiran pemimpin yang kuat dan membawa budaya baru.

Erani menuturkan, reformasi birokrasi memang bukan satu-satunya faktor dalam perbaikan ekonomi. Buktinya, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 10 tahun terakhir rata-rata hanya 5 persen atau masih di bawah pertumbuhan ekonomi di era Orde Baru yang sekitar 7 persen. (NWO)

MA Harus Berani Membuat Terobosan

Jakarta, Kompas - Untuk membangun citra lembaga peradilan yang bersih dan putusan yang berkualitas, hakim agung harus berani membuat putusan yang sesuai dengan rasa keadilan meski hal itu tidak diatur dalam undang-undang.

”Hakim di pengadilan negeri atau pengadilan tinggi boleh saja membuat putusan hanya berdasarkan pada pertimbangan hukum. Namun, di tingkat Mahkamah Agung, pertimbangan rasa keadilan masyarakat harus lebih diutamakan,” kata hakim agung Syamsul Maarif, Sabtu (17/1).

Syamsul melihat, saat ini sering muncul jurang antara rasa keadilan masyarakat dan hukum. Ini antara lain terjadi karena peraturan hukum merupakan produk politik sehingga sering bias.

Jurang itu beberapa kali membawa hakim harus berhadapan dengan masyarakat, saat memutus suatu perkara. ”Kemandirian hakim menghadapi ujian. Ada kemungkinan, seorang terdakwa mungkin harus dibebaskan karena secara hukum tidak ada cukup bukti yang menunjukkan kesalahannya. Namun, jika putusan itu diambil, hakim dapat dituding macam-macam oleh masyarakat,” ujar Syamsul.

Selain memutuskan lebih berdasarkan rasa keadilan, lanjut Syamsul, MA juga harus berani memberikan sanksi terberat kepada aparat hukum yang melakukan pelanggaran. Para hakim yang mendapat sanksi juga perlu diumumkan ke masyarakat.

Pengajar Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang, Saldi Isra, berharap suara positif lebih sering terdengar di MA. Apalagi, lembaga tersebut baru saja mendapat ketua baru, yaitu Harifin A Tumpa.

”Jika dapat dibuktikan lewat sejumlah putusan, hal positif seperti disampaikan Syamsul dapat menghapus berbagai kekhawatiran dan citra buruk masyarakat selama ini terhadap MA,” tutur Saldi.

Untuk mewujudkan berbagai hal positif itu, lanjut dia, salah satu yang perlu segera diperbaiki di MA adalah manajemen pembagian perkara. (NWO)