Selasa, 20 Januari 2009

Tangan yang Dicium Rasulullah

Oleh Rahmat Banu Widodo

Dalam satu riwayat yang dikisahkan Sa'd bin Mu'adz Al-Anshari, ketika itu, Nabi Muhammad SAW baru pulang dari Tabuk. Beliau melihat seorang tukang batu sedang bekerja keras di tengah teriknya matahari gurun pasir.

Pekerjaan yang berat itu membuat tangannya yang hitam kelam, melepuh dan terluka. Melepuhnya tangan tukang batu itu disebabkan terlalu kuatnya menggunakan palu dan alat sekop untuk memecahkan batu. Begitulah dia bekerja sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan anak dan istrinya di rumah.

''Kenapa tanganmu?'' bertanya Rasulullah SAW. ''Tanganku begini karena palu dan sekop yang saya pergunakan untuk mencari nafkah bagi keluarga yang menjadi tanggunganku.''Rasulullah SAW lalu mengambil tangan itu dan menciumnya, kemudian Beliau berkata, ''Inilah tangan yang tak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya.''

Kisah tersebut mengandung hikmah bahwa tangan yang tidak pernah disentuh oleh api neraka bukanlah tangan yang lembut, atau yang berkali-kali membuka ayat-ayat Alquran. Bukan pula tangan yang sekali tanda tangan, ratusan juta rupiah cair. Melainkan tangan yang melepuh karena bekerja keras mencari nafkah yang halal.

Inilah tangan yang di dalamnya terkandung rasa tanggung jawab. Tangan penuh ikhlas dalam menjalankan amanah yang Allah SWT berikan. Tangan yang digunakan semata-mata berada di jalan Allah serta jauh dari perbuatan haram.Itulah tangan seorang tukang batu (seorang pekerja keras), tangan yang dicium oleh Rasulullah SAW. Sebuah bentuk ciuman penuh makna mendalam, bentuk ciuman keberpihakan, kepedulian, dan motivasi dari seorang Rasul hamba pilihan kepada seorang hamba.

Rasulullah SAW kagum terhadap seorang yang gigih bekerja membela keluarga, meski melakukan pekerjaan kasar atau hina di mata manusia. Namun, di kehidupan saat ini, bekerja keras dengan cara yang halal tampak sudah semakin langka.Di tengah-tengah persaingan hidup yang begitu ketat, membuat banyak orang memilih melakukan jalan pintas demi memperoleh harta, kepuasan, dan kekuasaan sesaat, meski jalan tersebut justru akan menjerumuskan pada malapetaka.

Jauh sebelum ini Rasulullah SAW pernah memprediksi, ''Akan tiba suatu zaman di mana orang tidak peduli lagi terhadap harta yang diperoleh, apakah ia halal atau haram.'' (HR Bukhari).Kini, kita menyaksikan sebuah kenyataan di mana orang sangat berani melakukan perbuatan yang diharamkan Allah SWT, berupa kejahatan korupsi, penipuan, perampokan, perjudian, dan sebagainya. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi diri kita, keluarga, dan orang-orang beriman dari harta-harta yang bersumber dari perbuatan haram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar