Kamis, 05 Februari 2009

Konflik Kalla-Sultan Membelah Golkar

Lima kelompok bersaing berebut pengaruh.

JAKARTA -- Pertentangan antarkubu di Partai Golkar semakin mendekati titik didih. Keadaan itu, selain dipicu oleh dihapusnya sistem konvensi untuk menetapkan calon presiden, karena pertentangan antara Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla dan Wakil Ketua Dewan Penasihat Golkar Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Politikus Golkar, Anton Lesiangi, mengatakan pertentangan antara Jusuf Kalla dan Sri Sultan kian memperuncing perkubuan itu.

Menurut Anton, saat ini makin banyak petinggi Golkar yang merapat ke Sri Sultan. Kelompok ini pun mendesak agar Golkar segera menetapkan Sri Sultan sebagai calon presiden. "Mereka meminta sebelum pemilihan legislatif harus sudah diputuskan," kata Anton.

Kelompok yang merapat ke Sultan itu, menurut Anton, bahkan ada yang sudah mengincar posisi menteri jika Sultan terpilih.

Namun, Wakil Ketua Umum Golkar Agung Laksono membantah tudingan adanya perpecahan di tubuh partai beringin itu. Fakta bahwa hingga kini Golkar belum menetapkan calon presiden, menurut Agung, bukan karena di tubuh partai itu ada perpecahan.

Yang terjadi, kata Agung, Golkar ingin mempertimbangkan calon presiden lebih matang. "Supaya tidak terjadi distorsi pada kepemimpinan saat ini," ujar Agung di Sekretariat Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Cianjur, Rabu malam lalu.

Namun, sumber-sumber di Partai Golkar menerangkan hal berbeda dari pernyataan Agung. Menurut mereka, perkubuan di Golkar lebih ruwet dari sekadar pertentangan kubu Kalla dengan kubu Sultan.

Beberapa sumber menyebutkan, setidaknya ada lima kubu yang sedang bersaing. Kubu pertama diisi oleh klan politikus Makassar, baik mereka yang aktif di partai maupun mereka yang jadi pengusaha. Kubu ini juga diisi politikus Golkar yang mendapat posisi strategis di Dewan Perwakilan Rakyat dan di Kabinet Indonesia Bersatu.

Kubu kedua diisi oleh anggota Fraksi Golkar di Dewan Perwakilan Rakyat, tapi tidak mendapat posisi strategis. "Mereka termasuk orang parlemen yang kecewa terhadap Kalla," kata sumber Tempo.

Kubu ketiga diisi oleh orang Golkar lama yang aktif di partai dan masih loyal terhadap mantan Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung. Di partai, orang-orang ini sekarang posisinya tidak menempati kursi strategis.

Kubu keempat, sebagian besar berisi pengusaha nasional di luar geng Makassar. Kubu ini pernah mengusulkan Aburizal Bakrie mengikuti pencalonan Ketua Umum Partai Golkar 2009.

Adapun kubu terakhir berisi orang-orang di jajaran Dewan Penasihat Golkar dan sebagian kecil pengusaha dari luar Bugis. Kutub inilah yang paling aktif mendorong Golkar berkoalisi dengan PDI Perjuangan. Dwi Riyanto | Deden Abdul Aziz | Kurniasih Budi | Anton Aprianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar